MENGGANTI BENSIN DENGAN JAGUNG
Ini kabar tak enak sekaligus tantangan di masa depan. Cadangan minyak di perut bumi Indonesia saat ini tinggal 4.8 miliar barel. Sementara tiap tahunIndonesia memproduksi 550 juta barel. Jika pemakaian minyak bumi tidak ditekan, diperkirakan dalam waktu tujuh tahun cadangan minyak akan ludes. Bahkan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan , kira sedah menjadi pengimpor murni minyak bumi.
Untuk menekan kebutuhan minyak bumi, pemerintah mentargetkan pemakaian bahan bakar minyak tahun 2025 tinggal 20%. Selebihnya akan digantikan oleh sumber energi lain, termasuk bahan baker terbarui. Biofuel ( bahan baker dari sumber hayati) ditargetkan bisa menyumbang 5 %. Meski kita terkenal sebagai bangsa pelupa, tampaknya target ini sulit dihindari mengingat persediaan minyak terus menipis.
Sebetulnya masalah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Shell, perusahaan minyak multinasional asal belanda, bahkan meramalkan tahun 2005 merupakan puncak produksi minyak bumi dunia. Setelah itu produksi bakal terus menurun. Tren masa depan, minyak bumi bakal digantikan biofuel.
Di Indonesia penelitian Biofuel telah dimulai dalam beberapa tahun belakangan. Minyak biji jarak digadang sebagai sumber biodiesel masa depan. Sementara singkong diharapkan bias menjadi sumber boi etanol untuk substitusi bensin.
Selain kedua jenis tanaman ini , Indonesia sebetulnya masih kaya dengan sumberhayati lain. Salah satu sumber yang belum digarap adalah jagung sebagai penghasil etanol. Di banyak Negara, misalnya Amerika Serikat, jagung merupakan penghasil utama bioetanol.
Provinsi yang potensial sebagai penghasil jagung natara lain Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan aceh. Disamping bisa menekan konsumsi minyak bumi, penggarapan potensi ini juga bias meningkatkan ekonomi sector pertanian.